Pengertian Panteisme
Panteisme merupakan sebuah pendapat bahwa segala barang merupakan Tuhan abstrak yang mencakup semuanya; atau bahwa Alam Semesta, atau alam, dan Tuhan adalah sama. Definisi yang lebih mendetail cenderung menekankan gagasan bahwa hukum alam, Keadaan, dan Alam Semesta (jumlah total dari semuanya adalah dan akan selalu) diwakili atau dipersonifikasikan dalam prinsip teologis ‘Tuhan’ atau ‘Dewa’ yang abstrak.Â
Walau begitu, perlu dimengerti bahwa kaum panteis tidak percaya terhadap seorang Dewa atau Dewa-Dewa yang pribadi dan kreatif dalam segala bentuk, yaitu merupakan ciri khas utama yang membedakan mereka dari kaum panenteis dan pandeis. Dengan begitu, meskipun banyak agama mungkin mengklaim memiliki unsur-unsur panteis, mereka biasanya sebenarnya sejatinya panenteis atau pandeistik.
Filosof modern yang mempelopori panteisme adalah Benedict de Spinoza. Baginya jagat raya tidak ada yang rahasia karena akal manusia mencakup segala sesuatu, termasuk Allah, bahkan Allah menjadi objek pemikiran akal yang terpenting.
Ferkiss seorang tokoh panteisme modern dalam gagasannya telah memberikan nuansa baru terhadap panteisme, sehingga dapat dijuluki sebagai pelopor neopanteisme. Gagasan barunya itu terletak pada penerapan konsep panteisme dalam menghadapi ancaman kerusakan alam, menurutnya manusia yang merusak alam sama dengan merusak Tuhan, karena alam identik dengan Tuhan.
Kelebihan Panteisme
1. Panteisme diakui menyumbangkan sesuatu pemikiran yang holistik tentang sesuatu.
2. Panteisme menekankan tentang imanensi tuhan, sehingga seseorang selalu sadar bahwa Tuhan selalu dekat dengan dirinya.
3. Panteisme mengungkapkan bahwa seseorang tidak mampu memberi batasan terhadap Tuhan dengan bahasa manusia yang terbatas.
Kekurangan Panteisme
1. Menurut panteisme radikal, manusia adalah Tuhan, sedangkan Tuhan dalam pandangan ini tidak berubah dan abadi. Kenyataannya manusia berubah dan tidak abadi.
2. Panteisme mengatakan bahwa alam ini adalah maya bukan yang hakiki. Jika Tuhan adalah alam dan alam adalah Tuhan, maka tidak ada konsep kejahatan atau tidak ada kemutlakan kejahatan dan kebaikan.
Kritik terhadap panteisme ini berasal dari para tokoh agama, kritikan tersebut dikarenakan panteisme tidak memperhatikan moral dan mukjizat.