Dalam Banyak budaya kuno dan tradisi keagamaan, para penguasa dan anggota masyarakat elit tidak hanya memiliki istri, mereka juga memiliki selir. Selir biasanya melayani dua tujuan penguasa tersebut yaitu :
- Untuk meningkatkan prestise pria melalui kapasitasnya untuk menghasilkan anak-anak dan;
- Tentu saja, peluang tanpa batas untuk memuaskan hasrat seksual para pria.
Sebagian besar orang menghubungkan cerita selir dengan Kerajaan Cina kuno di mana Kaisar diketahui menyimpan hingga ribuan selir – WOW RIBUAN brooh -. Namun praktik mengambil selir tentu tidak hanya ada di Cina.
Praktek mengambil selir, kita kembali ke cerita ribuan tahun ke peradaban Mesopotamia kuno dan Babilonia di mana anggota elit mengambil selir. Banyak dari mereka yang menjadi selir adalah budak, namun, istri pertama selalu berusaha mempertahankan tempat yang utama dalam keluarga.
Di beberapa negara atau kerajaan, wanita yang melayani masyarakat sebagai pendeta perempuan dianggap memegang peringkat sosial yang sangat tinggi. Umumnya, para wanita ini tidak menikah sehingga dianggap suci. Tentu saja mereka tidak boleh disentuh oleh pria.
Namun anehnya dalam beberapa budaya Mesopotamia, pria akan mengunjungi wanita-wanita tadi sebagai pelacur. Anehnya lagi, masyarakat tidak hanya memaklumi, tetapi menganggap sebagai pemenuhan tugas agama yang terhormat, terlepas dari status perkawinan pria itu. Sungguh terlalu ya …
Selir dan Kepercayaan Masyarakat
Orang Israel juga diketahui sering menyimpan selir selain istri mereka. Istri punya mas kawin tetapi selir tidak dan ini adalah metode utama untuk membedakan antara dua posisi sosial wanita.
Salah satu penjaga selir yang paling terkenal adalah Raja Salomo (1011 – 931 SM) yang dikatakan memiliki tiga ratus selir selain tujuh ratus istrinya (300+700=1000, hmmm….)
Sementara konsep selir tidak dapat diterima dalam banyak agama dewasa ini, beberapa pemuka agama hanya menyarankan bahwa pria boleh memiliki lebih dari satu istri bilamana terdapat syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi. Hmm… bagaimana dengan wanita yang memiliki lebih dari 1 suami ?
Dalam konsep Yudaisme, selir disebut dengan istilah “Ibrani pilegesh” yang berarti “nyonya rumah yang tinggal di rumah”. Menurut Talmud Babilonia, perbedaan antara selir dan istri yang sah adalah yang terakhir menerima kontrak pernikahan dan pernikahannya didahului oleh pertunangan resmi.
Demikian pula halnya dengan selir. Pemikir kerajaan percaya bahwa selir secara ketat disediakan untuk raja, dan dengan demikian bahwa orang biasa mungkin tidak boleh memiliki selir. Namun, para pemikir seperti itu berpendapat bahwa rakyat jelata mungkin tidak terlibat dalam jenis hubungan seksual apa pun di luar pernikahan. Kasihan ya…
Selir di seluruh dunia
Di Yunani Kuno, praktik mengambil selir atau budak sedikit dicatat tetapi malah muncul sepanjang sejarah Athena. Hukum menetapkan bahwa seorang pria dapat membunuh pria lain yang tertangkap basah berusaha menjalin hubungan dengan selirnya (untuk membuat anak secara gratisan), yang menunjukkan bahwa anak-anak selir tidak diberi kewarganegaraan. Istilahnya itu : anak haram.
Namun di bawah hukum Romawi, selir justru ditoleransi karena hubungan pria dengan selir dianggap tahan lama dan eksklusif. Praktik seperti ini memungkinkan seorang lelaki Romawi untuk memasuki hubungan informal tetapi diakui dengan seorang wanita yang bukan istrinya,
Selir Laki-laki
Selir laki-laki adalah budak laki-laki muda yang dipilih oleh tuannya sebagai pasangan seksual. Orang Romawi kuno tidak menandai hubungan sesama jenis sebagai “homoseksual”. Jika seorang pria dewasa menggunakan seorang budak atau pelacur, maka dalam kasus ini yang secara khas adalah seorang pemuda sebagai pasangan pasifnya. Yah, inilah cikal bakal LGBT ….
Akan tetapi, hubungan-hubungan nyeleneh ini diharapkan hanya menjadi prioritas sekunder dalam perkawinan. Lelaki dewasa tetap diharpkan menunjukkan otoritas maskulinnya sebagai kepala rumah tangga.
Kesimpulan
Well, itulah cerita rahasia kehidupan selir jaman dahulu. Ternyata baik perempuan maupun laki-laki bisa menjadi selir. Namun apapun cerita di atas, menurut saya praktik selir adalah pelecehan terhadap kodrat khususnya wanita. Untungnya hukum di Indonesia melarang praktik mengambil selir atau memperbudak orang.
Saya senang hari ini di Indonesia tidak ada lagi perbudakan, tidak ada lagi selir. Meskipun saya kurang tau dengan yang namanya “budak cinta (bucin)” atau “selir hati”. Kabar baiknya pernikahan sesama jenis (LGBT) juga tidak diizinkan di Indonesia secara hukum maupun oleh adat tradisi karena itu melanggar kodrat sebagai manusia.
Sekian, Terima Kasih.
Referensi : https://www.ancient-origins.net/human-origins-religions/secret-life-ancient-concubine-001301