Bioenergi merupakan sektor perekonomian energi dunia yang paling dinamis dan berubah cepat. Pertumbuhan pesat industri bahan bakar nabati (BBN, liquid biofuels) memasok sekitar 10 % dari kebutuhan energi dunia dan merupakan 78 % dari seluruh pasokan energi terbarukan.
Bangsa Indonesia mempunnyai biodiversitas dan lahan potensial yang amat besar, harus dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk memperkuat ketersediaan pasokan energi dan neraca pembayaran negara, membuka banyak lapangan kerja, mengentaskan kemiskinan, melancarkan pertumbuhan ekonomi yang merata, dan turut meredam emisi gas-gas rumah kaca.
Produksi bioenergi dapat dihasilkan dari residu dan limbah pemanenan serta pengolahan pangan memiliki makna penting dalam mengefisienkan (memperkuat struktur & daya saing) industri pangan domestik (residu seperti sekam, jerami, bagas, tetes, tandan kosong sawit, dll).
Pemanfaatan bioenergi di Indonesia masih rendah bila dibandingkan ketersediaan biomassa yang melimpah. Pemanfaatan biomassa untuk bioenergi negara kita masih tertinggal jauh dari Thailand yang mempunyai produksi lebih rendah.
Indonesia yang mempunyai hutan hujan tropis yang kaya akan sumberdaya alam nabati menyediakan beranekaragam tumbuhan yang bisa dijadikan bahan bakar terbarukan. Dengan jumlah pulau-pulau lebih dari 17.000 pulau membuat Indonesia kaya potensi biomassa di darat maupun di laut.
[ads-post]
Potensi dari tumbuhan-tumbuhan energi multiguna kawasan tropik seperti : pogam/kranji/mabai (Pongamia pinnata), nyamplung/bintangur (Calophyllum inophyllum), nimba (Azadirachta indica), gatep pait (Samadera indica), jarak pagar (Jatropha curcas), kelor (Moreinga oleifera), kacang hiris (Cajanus cajan), sukun (Artocarpus altilis), Aren (Arenga pinnata), Sagu (Metroxylon sp) dan aneka alga mikro.