Jill Griffin dalam bukunya yang berjudul “Customer Loyalty” (2003:22), menyatakan bahwa ada empat jenis loyalitas konsumen yang muncul jika keterikatan rendah dan tinggi yang diklasifikasi silang dengan pola pembelian ulang yang rendah dan tinggi. Empat jenis loyalitas konsumen menurut Griffin adalah sebagai berikut :
Tanpa loyalitas (no loyality)
Ada konsumen yang tidak loyal atau tidak setia pada suatu produk atau jasa tertentu meskipun telah puas. Tingkat keterikatan yang rendah terhadap suatu produk serta tingkat pembelian ulang yang rendah menunjukkan tidak adanya kesediaan terhadap produk tersebut. Biasanya produsen akan menghindari kelompok konsumen tanpa loyalitas ini dalam menentukan target pasar.
Contoh konsumen tanpa loyalitas misalnya orang yang terpaksa membeli suatu produk karena terdesak oleh kebutuhan. Misalnya seseorang yang terpaksa makan di suatu warung makan karena tidak ada lagi warung yang buka pada malam itu. Konsumen tersebut tidak akan memiliki loyalitas karena ya terpaksa membeli untuk memenuhi kebutuhannya yang terdesak.
Loyalitas lemah (inertia loyality)
inertia loyality merupakan jenis loyalitas konsumen yang keterikatannya rendah namun memiliki tingkat pembelian ulang yang cukup tinggi. Dasar pertimbangan konsumen untuk membeli produk biasanya karena kebiasaan dan kemudahan situasional. Kesetiaan jenis ini biasa terjadi pada produk yang sering dikonsumsi.
Contoh loyalitas lemah misalnya saat membeli bensin di SPBU Pertamina. Konsumen akan melakukan repeat order atau pembelian ulang karena merupakan kebiasaan mereka untuk membeli bensin di Pertamina. Meskipun sejatinya mereka belum tentu puas dengan bensin yang ditawarkan Pertamina. Bahkan banyak konsumen yang sering mengeluh Saat harga BBM naik. Jika suatu hari ada produsen lain yang menawarkan BBM dengan harga lebih murah dan kualitas lebih baik pastinya Konsumen akan langsung beralih. Ini menunjukkan pembelian ulang yang tinggi namun dengan loyalitas yang sangat rendah.
Loyalitas tersembunyi (latent loyality)
Latent loyality merupakan jenis kesetiaan dengan tingkat keterikatan yang tinggi namun hanya disertai dengan tingkat pembelian ulang yang rendah. Konsumen yang memiliki tingkat kesetiaan ini biasanya juga dipengaruhi oleh faktor situasional. Biasanya mereka memiliki ketertarikan tinggi terhadap produk tetapi tidak didukung oleh kondisi untuk membeli produk tersebut.
Contoh loyalitas tersembunyi misalnya dalam sebuah keluarga di mana sang ibu menyukai seafood, namun sang ayah memiliki alergi terhadap seafood. Maka saat makan bersama keluarga akan memilih makan makanan yang bisa dimakan bersama. Namun apabila sang ibu makan sendiri pasti akan memilih seafood.
Loyalitas premium (premium loyality)
Loyalitas premium merupakan jenis loyalitas dengan keterikatan yang tinggi dan didukung dengan tingkat pembelian ulang yang tinggi. Loyalitas premium adalah jenis loyalitas yang paling diharapkan oleh produsen kepada konsumen. Dalam loyalitas premium Konsumen tidak hanya mengkonsumsi produk tersebut secara berulang-ulang namun juga merekomendasikan produk tersebut kepada rekan-rekannya. Dengan kondisi ini maka perusahaan akan terbantu dalam memasarkan produknya.
Contoh loyalitas premium misalnya seorang ibu yang menyukai Indomie. Ibu tersebut sering membuat Indomie untuk dimakan sendiri. Di dalam keluarga dia juga pasti menawarkan Indomie tersebut kepada anggota keluarga lainnya. Apabila ada acara hajatan pastinya dia memilih Indomie sebagai salah satu menu masakannya. Dan saat itu juga dia pasti merekomendasikan Indomie sebagai produk mie instan pilihan yang baik kepada tetangganya. Akan terjadi Pemasaran dengan sistem word of mouth atau dari mulut ke mulut. Proses pemasaran ini merupakan hal yang sangat baik karena suatu produk dapat memasarkan dirinya sendiri.
Demikianlah mengenai empat jenis loyalitas konsumen yang dikemukakan oleh Jill Griffin dalam bukunya yang berjudul “Customer Loyalty” (2003:22). Semoga bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca.